Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengunjungi Israel untuk mendukung upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Sullivan bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan menyatakan keyakinannya bahwa Netanyahu siap untuk membuat kesepakatan guna mengakhiri permusuhan antara Israel dan Hamas.
Dukungan untuk Kesepakatan
-
Tujuan Kesepakatan: Sullivan berupaya menempatkan kedua belah pihak dalam posisi untuk menyelesaikan kesepakatan tersebut pada bulan ini.
-
Isi Kesepakatan: Selain mengakhiri permusuhan, kesepakatan itu juga akan menjamin pembebasan 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas sejak diculik masuk ke Jalur Gaza. Insiden tersebut menewaskan lebih dari 1.200 warga sipil Israel.
-
Kategorisasi Hamas: Kelompok Hamas dikategorikan sebagai kelompok teror oleh AS, Inggris, Uni Eropa, dan negara lainnya.
Perkembangan Terkini
-
Korban Jiwa: Serangan balasan Israel terhadap Hamas dilaporkan menewaskan setidaknya 44.805 orang di Gaza, dengan sebagian besar korban adalah warga sipil menurut kementerian kesehatan yang dikelola oleh Hamas. Angka tersebut diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
-
Resolusi PBB: Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat.
-
Krisis Kemanusiaan: PBB dan badan bantuan lainnya memperingatkan tentang krisis kemanusiaan akut di Gaza, sementara juru bicara UNRWA menggambarkan kondisinya sebagai “mengerikan dan apokaliptik.”
Serangan di Wilayah Lain
- Lebanon dan Suriah: Selain serangan di Gaza, Israel juga melancarkan serangan ke Lebanon selatan dan terus beroperasi di Suriah, termasuk zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang diawasi oleh PBB.
Perhatian Terhadap Ekstremis
- Kekhawatiran Israel: Israel khawatir akan kemungkinan kekosongan kekuasaan yang dapat diisi oleh para ekstremis, terutama mengingat situasi di Suriah. AS berbicara dengan Israel mengenai langkah selanjutnya untuk mencegah konflik tambahan.
Langkah Pencegahan
- Serangan Terhadap Senjata Kimia: Israel mengklaim menyerang “senjata kimia yang tersisa atau misil atau roket jarak jauh” agar tidak jatuh ke tangan ekstremis. OPCW mengikuti perkembangan ini dengan seksama untuk menghindari risiko kontaminasi.
Sumber: AFP, AP, Reuters